23 September 2016
Setelah tertunda satu bulan dari jadwal sebelumnya di bulan
Agustus, Alhamdulillah rencana pendakian ke gunung Merbabu 3.142
mdpl di Salatiga Jawa Tengah akhirnya terlaksana juga. Tidak seperti
pendakian sebelumnya (Arjuno, Welirang dan Semeru) yang diikuti lebih dari 20
orang anggota. Kali ini hanya diikuti sekitar 14 orang saja, ditambah 2 orang
sahabat dari Yogyakarta ikut gabung, sehingga total 16 orang + 2 Porter
Patah tumbuh hilang berganti begitu kata pepatah, setelah
kehilangan beberapa anggota Indrialoka karena resign dan diterima menjadi PNS dalam
2 tahun terakhir maka kali ini pendakian ke gunung Merbabu diikuti oleh 5 orang
calon anggota baru Indrialoka.
14:45 WIB
Jum’at siang ini ijin pulang agak siang dari jadwal sebenarnya
untuk packing, beruntung kerjaan agak longgar. Hmm …. Sama sekali belum packing
(jangan dicontoh yach). Bersyukur sih peralatan perang sudah di plot di satu
lemari, jadi tinggal comot-comot ajah.
16:30 WIB
Waktu terus berjalan tapi saya dan permainsuri masih didalam
kendaraan karena terjebak macet di Mondoroko Singosari. Siang tadi saat mau
pulang seorang teman info bahwa ada truck nabrak pembatas jalan di Rogonoto
Singosari dan jalan menuju ke Malang macet. Ya sudahlah dinikmati saja, there is not do anything.
16:45 WIB
Alhamdulillah telah sampai dirumah dan bergegas ambil air wudhu
dan setelahnya ngebut packing.Phuiihh … akhirnya selesai juga packing, carrier Eiger hikeholic 30 L cukup membawa beberapa peralatan ultralight kali ini.
17:50 WIB
Ba’da Maghrib pesan via WA aku kirimkan ke Kak Choi agar
menghindari jalur Pasar Singosari karena khawatir efek macet tadi siang masih
belum terurai saat perjalanan rombongan team Indrialoka yang akan menuju ke
Malang.
20:18 WIB
Akhirnya Long Elf yang membawa team Indrialoka sampai juga
di jalan Sulfat tempat aku menunggu. Briefing sebentar dan do’a terpanjatkan
sebelum perjalanan dimulai.Bismillah berangkat.
24 September 2016
01:15 WIBPerjalanan cukup lancar namun waktu sudah menginjak pukul satu dinihari. Ternyata kami baru sampai Nganjuk sejauh ini. “Sepertinya kita akan terlambat sampai Thekelan bila speed elf tidak dikebut dan tidak ada jalan pintas” begitu kataku ke Kak Choi saat rehat di salah satu SPBU di kota Nganjuk.
It’s okay yuuk jalan lagi.
02:45 WIB
Sebentar saja terlelap namun tidak sejurus kemudian
dikagetkan dg obrolan sang Driver yang salah arah.Welah dalah nyasar sedikit di jalur Gemolong Sragen, salah ambil jalur.
Tenang aman koq, tidak terlalu jauh nyasarnya.
04:40 WIB
Alhamdulillah sudah masuk Kopeng, dan jalan mulai nanjak
terus karena memang menuju start point di daerah Thekelan cukup tinggi kontur
nya, ± 1600 mdpl. Sambil terus mendengar Long Elf meraung-raung di jalan menanjak
kami coba cari masjid untuk rehat dulu sebentar guna tunaikan Shalat Shubuh.
05:15 WIB
Setelah shalat Shubuh tadi perjalanan menuju Kopeng
dilanjutkan kembali dan tak lama kemudian tampak mayapada sekitar Kopeng mulai
tersingkap oleh cahaya Mentari yang masih malu-malu menampakkan sinarnya.
Samar-samar terlihat puncak Pemancar salah satu puncak gunung Merbabu, demikian
juga dengan bukit Telomoyo disebelah kanan kendaraan kami tampak diselimuti
kabut. Kopeng dikenal oleh para Penggiat Alam sebagai salah satu tempat start
point pendakian, namun bagi khalayak umum Kopeng dikenal sebagai tempat
agrowisata, dimana ada bukit Telomoyo sebagai andalan spot-nya.
Sejurus kemudian SMS dari mas Thipuk (ranger sekaligus
porter) masuk ke HP, “sudah sampai mana
Pak sampean ?”, begitu katanya diujung desa Thekelan. Aku jawab segera
bahwa “kami sudah masuk Kopeng”.
Saat itu kami Long Elf yang kami naiki belok ke kanan
Koramil Getasan Kopeng sebagaimana jalur 9 tahun lalu yang telah saya lalui. Setelah
belok lebih dari 2 km, ada sedikit keraguan …. Hmmm betulkah jalur ini. Akhirnya
kami berhenti sebentar untuk menanyakan pada pak supir bus Jaya Mas yang sedang
berhenti menurunkan penumpang. Ternyata betul jalur tsb dan kami teruskan
menuju desa Thekelan.
Jalan menuju desa Thekelan memang agak sempit dan sedikit
menanjak, “namun aman koq dan tidak
nanjak-nanjak amat” kata seorang pengendata sepeda motor saat kami tanya
untuk meyakinkan keraguan sang driver long elf.
Bagaimanapun juga safety first yang diutamakan, baiklah kami
sepakat ikut keinginan sang driver untuk balik lagi lewat jalan lain yang lebih
landai, walau sebenarnya sama saja elevasinya.
Yup, Yuk muter lagi menuju Koramil Getasan, dan hampir 3 km
(PP 6 km) jarak dan waktu muter kali ini.
Sesampainya di desa Thekelan disambut sama mas Thipuk sang
koordinator PA KOMPPAS di desa tsb segaligus sang porter kami dalam 2 hari ke
depan. Setelah koordinasi sebentar ternyata prediksi saya meleset, awalnya kami
semua akan sarapan dan pesan makan di warung depan Pos Regristrasi pendakian
jalur Thekelan, namun ternyata saat itu belum buka. Walhasil kami harus pesan
di Kopeng.
Waktu hampir 2 jam menunggu Sarapan terbuang. Pelajaran
berharga agar selalu check and recheck untuk setiap rencana yang akan
ditargetkan. Maafkan saya teman-teman, ini salah saya.
Sambil menunggu sarapan dating, waktu tsb kami isi dengan
repacking, stretching dan ambil gambar sebelum pendakian.
09:15 WIB
Selepas sarapan kami bergegas melangkahkan kaki untuk
memulai pendakian.Sang lembayung rasanya masih enggan untuk pindah dari desa Thekelan ini.
Kabutpun menemani langkah-langkah kami.
Belum genap jalan ½ jam salah seorang peserta pendakian kali
ini sudah terkenan mountain sickness.
Rahma begitu teman-teman memanggilnya memuntahkan sarapan paginya di awal
pendakian. Bersyukur hanya muntah saja tanpa dibarengi dengan pusing dan
mual-mual.
Mountain sickness ini adalah gejala
pada tubuh akibat perubahan ketinggian. Secara umum montain sickness adalah
gejala pada tubuh manusia akibat dari kekurangan oksigen saat berada di
ketinggian > 2000 mdpl. Gejala ini berupa pusing , mual, sakit kepala dan
sesak napas. montain sickness ini diakibatkan kurangnya tubuh beradaptasi
terhadap lingkungan
Setelah berhenti sejenak untuk memulihkan kondisi teman tsb
kemudian langkah-langkah kami lanjutkan kembali.
10:00 WIB
Sampailah kami di shelter Pending / Pos 1 Pending 1922 mdpl.Lembayung sutra putih semakin tebal menyelimuti kawasan ini dan sesekali rintik-rintik airnya jatuh menerpa bumi serasa gerimis mengenai tubuh kami.
Kaos yang kami kenakan basah kuyup saat kami rehat di pos
satu ini. Pocari Sweat kami teguk untuk menggantikan cairan yang telah keluar
memalui keringat kami semua ….
Bersambung ………